Jakarta, EKOIN.CO — Kantor Kementerian Agama, Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, menjadi lokasi pertemuan antara Komunitas Katolik Sant’Egidio yang berbasis di Roma dengan Menteri Agama Republik Indonesia, Nasaruddin Umar, pada Senin (21/5/2025). Pertemuan ini membahas kerja sama lintas agama dalam rangka memperkuat perdamaian global.
Valeria Martano, sejarawan sekaligus anggota aktif Komunitas Sant’Egidio, menyampaikan komitmen organisasinya dalam membangun harmoni antarumat beragama melalui pendekatan dialog dan persahabatan. “Komunitas Sant’Egidio sangat peduli dengan perdamaian. Kami ingin menjadi sahabat dalam kerja sama dan pembangunan perdamaian antaragama,” ujarnya.
Melanjutkan pernyataannya, Valeria menjelaskan bahwa Sant’Egidio telah aktif dalam berbagai kegiatan perdamaian di berbagai belahan dunia, termasuk keterlibatan mereka di Indonesia. “Sant’Egidio memiliki pengalaman panjang dalam membangun dialog, terutama di tempat-tempat yang mengalami konflik. Kami tidak menggantikan peran diplomasi, tapi kami bekerja dengan cara persahabatan, mendekati orang-orang yang tidak diajak bicara,” jelasnya.
Transisi ke dalam konteks lokal, Menteri Agama Nasaruddin Umar mengapresiasi pendekatan yang dibawa oleh Sant’Egidio. Ia menilai bahwa kehadiran organisasi seperti ini sangat dibutuhkan untuk menjangkau kelompok-kelompok yang selama ini sulit diajak dialog.
“Pendekatan Anda luar biasa. Kita perlu organisasi seperti Anda yang bisa menjangkau kelompok-kelompok yang tidak tersentuh,” tutur Menag Nasaruddin.
Dalam kelanjutan dialog, Nasaruddin menekankan bahwa Kementerian Agama tengah mengarusutamakan moderasi beragama sebagai pendekatan yang damai dan inklusif dalam merespons keberagaman di Indonesia.
“Saya terbuka untuk semua inisiatif. Kita bisa mulai dengan menyelenggarakan pertemuan yang lebih teknis. Nanti bisa kita undang juga dari PKUB (Pusat Kerukunan Umat Beragama) dan UIII (Universitas Islam Internasional Indonesia) untuk menjajaki bentuk kerja sama yang konkret,” tambahnya.
Menutup pertemuan, Menag menyampaikan harapannya agar UIII dapat menjadi platform global untuk perjumpaan antarbudaya dan antaragama. “Kami ingin menjadikan UIII sebagai ruang terbuka untuk pertemuan antarbudaya dan antaragama di tingkat global,” imbuhnya.