Jakarta, bali.ekoin.co – Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker) Immanuel Ebenezer menanggapi tren #KaburAjaDulu yang ramai dibicarakan di media sosial. Ia tidak terlalu ambil pusing dengan seruan yang mendorong warga negara Indonesia (WNI) untuk bekerja di luar negeri.
“Mau kabur, kabur sajalah. Kalau perlu jangan balik lagi, hi-hi-hi,” ujar Immanuel atau yang akrab disapa Noel sambil tertawa. Ia memilih untuk tidak banyak berkomentar mengenai tren tersebut dan menyampaikan bahwa Kementerian Ketenagakerjaan tidak memedulikan hal itu.
“Hashtag-hashtag enggak apa-apalah, masa hashtag kita peduliin,” ucapNoel.
Selain itu, Menteri Ketenagakerjaan Yassierli melihat tren #KaburAjaDulu sebagai sesuatu yang harus disikapi dengan baik oleh pemerintah.
“Ini tantangan buat kita kalau memang itu adalah terkait dengan aspirasi mereka. Ayo pemerintah create better jobs, itu yang kemudian menjadi catatan kami dan concern kami,” kata Yassierli di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin.
Ia mengakui bahwa peluang kerja di luar negeri memang ada dan bisa dimanfaatkan oleh WNI. Yassierli tidak keberatan jika WNI memilih bekerja di luar negeri. Menurutnya, ketika mereka kembali ke Indonesia, mereka dapat berkontribusi dalam pembangunan negara.
“Tanggapannya, ya itu ini kan netizen terkait dengan kabur saja. Memang di satu sisi saya lihat kesempatan kerja di luar memang ada ya. Jadi semangatnya bukan kabur sebenarnya,” kata Yassierli.
“Jadi kalau memang ingin untuk meningkatkan skill dan ada peluang kerja di luar negeri, kemudian, kembali ke Indonesia bisa membangun negeri ya tidak masalah,” ucapnya lanjut.
Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Abdul Kadir Karding, menyatakan bahwa tren ini merupakan hal yang positif, asalkan individu yang berminat tersebut meningkatkan keterampilan dan kemampuan mereka terlebih dahulu. Karding menekankan pentingnya penguasaan keterampilan bagi pekerja migran Indonesia (PMI) agar mereka bisa bersaing dan memperoleh upah yang pantas di negara tujuan.
Sebelumnya fenomena #KaburAjaDulu ini viral di berbagai media sosial sebagai bentuk respons dari anak muda yang merasa sulit mendapatkan pekerjaan yang layak di dalam negeri. Faktor seperti biaya hidup yang tinggi, sulitnya mendapatkan pendidikan yang sesuai, serta minimnya ruang untuk berkembang menjadi alasan mengapa tagar ini muncul. Bagi sebagian orang, tren ini bukan hanya sekadar ajakan untuk pindah ke luar negeri, tetapi juga sebagai bentuk protes terhadap kondisi di Indonesia yang dirasa kurang memberikan peluang bagi mereka.
Selain digunakan sebagai bentuk ekspresi, tren ini juga menjadi wadah bagi warganet untuk saling berbagi pengalaman. Banyak yang memberikan rekomendasi negara yang dianggap cocok untuk mencari pekerjaan atau melanjutkan pendidikan. Negara dengan komunitas diaspora Indonesia yang besar sering menjadi pilihan utama bagi yang ingin mencoba hidup di luar negeri untuk pertama kalinya.
Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) mencatat jumlah pekerja migran Indonesia yang bekerja di luar negeri sepanjang Januari hingga November 2024 mencapai 272.164 orang. Dari jumlah tersebut, 145.962 orang bekerja di sektor informal. Selain itu, pekerja migran perempuan mendominasi dengan total 187.127 orang yang bekerja di berbagai negara tujuan.
Sumber: Kompas.com