Jakarta, EKOIN.CO – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI mencatatkan kinerja keuangan konsolidasian yang impresif pada Triwulan I 2025, di tengah tekanan ekonomi global akibat ketegangan geopolitik dan perang tarif yang masih berlangsung. Dalam konferensi pers yang digelar di Kantor Pusat BRI, Jakarta, Direktur Utama BRI Hery Gunardi mengungkapkan bahwa perseroan mampu mencatatkan laba bersih sebesar Rp13,80 triliun.
Mengawali paparannya, Hery menyampaikan bahwa tekanan ekonomi global selama awal tahun 2025 berasal dari tensi geopolitik dan perang tarif yang berdampak pada perdagangan internasional dan rantai pasok. Namun, BRI tetap fokus pada kekuatan domestik. “Perlu dicatat bahwa ekonomi Indonesia, termasuk bisnis BRI, lebih banyak bergantung pada konsumsi domestik. Sehingga selain dari depresiasi mata uang yang sudah terjadi, perang tarif diproyeksikan tidak berdampak signifikan,” ujarnya.
Di sisi lain, konsumsi dalam negeri, meskipun belum sepenuhnya pulih seperti sebelum pandemi, tetap menjadi pendorong utama ekonomi. Dalam konteks ini, BRI terus memperkuat peran sebagai bank pro-rakyat dengan tetap fokus pada sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang menjadi tulang punggung ekonomi nasional.
Menurut Direktur Micro BRI Akhmad Purwakajaya, penyaluran kredit BRI pada Triwulan I 2025 mencapai Rp1.373,66 triliun atau tumbuh 4,97% secara tahunan (yoy), dengan 81,97% di antaranya disalurkan ke segmen UMKM. “Agen-agen BRILink kini tersebar di lebih dari 67 ribu desa atau menjangkau lebih dari 88% dari total desa di Indonesia, serta mencatat volume transaksi sebesar Rp423 triliun sepanjang Triwulan I 2025,” jelas Akhmad.
Selain mendukung UMKM, BRI juga menunjukkan perbaikan kualitas kredit. Direktur Manajemen Risiko BRI, Mucharom, menyatakan bahwa rasio kredit bermasalah atau Non-Performing Loan (NPL) menurun dari 3,11% menjadi 2,97% pada akhir Maret 2025. “Dengan coverage ratio yang sangat memadai ini, BRI tidak hanya mampu menjaga stabilitas neraca secara berkelanjutan, namun juga memberikan keyakinan kepada investor, regulator, dan seluruh stakeholders bahwa perseroan memiliki fundamental yang kuat,” kata Mucharom.
Kinerja Dana Pihak Ketiga (DPK) juga menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Direktur Network & Retail Funding BRI, Aquarius Rudianto, menjelaskan bahwa total DPK yang berhasil dihimpun mencapai Rp1.421,60 triliun, dengan dana murah (CASA) mencapai 65,77% atau Rp934,95 triliun. Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan pengguna aplikasi BRImo yang kini mencapai 40,28 juta user, serta volume transaksi mencapai Rp1.599 triliun.
Aquarius menambahkan bahwa transformasi digital terus diperkuat dengan membangun ekosistem pembayaran modern. “Kami telah mendukung lebih dari 4,3 juta merchant QRIS dan 344 ribu merchant EDC, dari kota hingga desa,” ungkapnya.
Dari sisi permodalan, Direktur Finance & Strategy BRI Viviana Dyah Ayu menyampaikan bahwa rasio kecukupan modal (CAR) mencapai 24,03%, jauh di atas ketentuan minimal. “Loan to Deposit Ratio (LDR) kami berada di angka 86,03%, menunjukkan bahwa kami masih memiliki ruang yang cukup untuk terus bertumbuh,” ucap Viviana.
Menutup konferensi pers, Hery Gunardi menyampaikan optimisme BRI dalam menghadapi sisa tahun 2025. “Dengan fondasi yang kuat, jaringan luas, serta lebih dari 221 juta rekening simpanan dan 211 ribu user QLola, kami optimis dapat terus tumbuh secara berkelanjutan,” katanya.
Transformasi BRI menuju universal banking, menurut Hery, merupakan langkah strategis agar BRI dapat melayani seluruh lapisan masyarakat, dari individu hingga korporasi besar. “Dengan pijakan kinerja positif pada tiga bulan pertama tahun 2025 ini, ke depan BRI optimis dapat mencatatkan pertumbuhan kinerja keuangan yang berkelanjutan,” pungkasnya.
Sebagai tambahan, seperti yang dilansir dari hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada 24 Maret 2025, jajaran direksi seperti Hery Gunardi, Mucharom, Akhmad Purwakajaya, dan Aquarius Rudianto resmi menjabat setelah mendapatkan persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).