Jakarta, EKOIN.CO — Dalam era digital yang semakin mendominasi kehidupan sehari-hari, cara generasi muda Indonesia dalam mengakses informasi mengalami transformasi signifikan. Perkembangan teknologi informasi dan penyebaran jaringan internet yang merata telah mengubah lanskap konsumsi media, terutama bagi generasi Milenial dan Gen Z yang saat ini mendominasi komposisi usia produktif di Indonesia.
Laporan bertajuk Indonesia Millennial and Gen Z Report (IMGR) 2025 yang dirilis oleh IDN Research Institute menyoroti perbedaan pola penggunaan media antara kedua generasi tersebut. Survei nasional ini melibatkan 1.500 responden dari 12 kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, hingga Denpasar. Temuan-temuannya menunjukkan banyak sisi menarik tentang bagaimana generasi ini memanfaatkan dunia digital, dari cara mereka mengonsumsi media hingga pilihan karier dan kehidupan sosial.
Dalam hal konsumsi media, terjadi pergeseran besar dari media konvensional seperti televisi dan koran ke platform digital. Saat ini, Milenial dan Gen Z lebih banyak menghabiskan waktu di Instagram, TikTok, dan YouTube. Mereka tidak hanya mencari informasi, tetapi juga konten yang relevan secara emosional dan personal. Gen Z dikenal aktif mengeksplorasi informasi sendiri, sementara Milenial cenderung menikmati konten yang muncul secara otomatis di linimasa mereka. Konten sederhana, autentik, dan penuh makna emosional, seperti kisah pengalaman pribadi dalam format video pendek, terbukti lebih efektif dalam menarik perhatian mereka.
Media nomad—media berbasis sosial yang menyebarkan informasi secara ringan namun terpercaya—menjadi sangat populer. Akun seperti @ussfeeds, @cretivox, dan @whatisupindonesia banyak dikonsumsi oleh generasi muda karena mampu menyajikan isu-isu aktual dengan gaya yang mudah dipahami. Sebanyak 38 persen responden mengikuti akun media berita resmi di media sosial, dengan angka Gen Z mencapai 44 persen. Di sisi lain, tanda verifikasi atau “centang biru” masih dianggap penting oleh sebagian pengguna; 31 persen Milenial dan 20 persen Gen Z menyatakan bahwa simbol tersebut memengaruhi persepsi mereka terhadap kredibilitas akun.
Selain konsumsi informasi, media sosial juga menjadi alat ekspresi diri dan advokasi. Gen Z dan Milenial kerap memanfaatkan platform seperti Instagram dan Twitter (X) untuk mengangkat isu-isu sosial, seperti kesetaraan gender, perubahan iklim, hingga keadilan sosial. Namun, kesadaran terhadap dampak penggunaan media sosial terhadap kesehatan mental juga meningkat. Banyak dari mereka mulai menerapkan “digital detox” sebagai bentuk perawatan diri. Ini menjadi peluang bagi brand untuk turut hadir dalam kampanye yang mendukung keseimbangan digital, seperti edukasi penggunaan sehat media sosial.
Dalam sektor pendidikan dan karier, adaptasi terhadap teknologi menjadi keharusan. Kurikulum Merdeka berupaya mempersiapkan generasi muda dengan keterampilan praktis sesuai kebutuhan industri. Gen Z sangat terbuka terhadap pembelajaran teknologi baru, termasuk kecerdasan buatan dan otomasi. Sementara itu, Milenial memanfaatkan teknologi untuk mencari peluang pekerjaan tambahan, seperti bisnis online dan freelance. Perusahaan dan pemerintah didorong untuk memperkuat pelatihan digital agar generasi ini tidak tertinggal dalam persaingan global.
Dalam aspek hiburan, video pendek dan gaming menjadi primadona. Platform seperti TikTok memungkinkan konten hiburan dikonsumsi secara cepat dan menarik. Tak hanya itu, industri gaming kini berkembang menjadi profesi yang menjanjikan, terutama dalam ranah e-sports. Gen Z melihat game bukan hanya hiburan, tetapi juga peluang karier. Karena itu, industri hiburan dituntut untuk terus berinovasi dan berkolaborasi dengan komunitas digital.
Meskipun hidup di tengah modernitas, kedua generasi ini tetap menghargai nilai tradisi. Teknologi mempermudah mereka menjaga komunikasi dengan keluarga besar, meskipun tinggal di kota besar yang sibuk. Nilai gotong royong juga mengalami transformasi, seperti melalui crowdfunding atau kampanye online untuk membantu sesama. Ini menjadi peluang bagi brand untuk membangun produk atau layanan yang mendukung nilai kekeluargaan dan solidaritas digital berbasis komunitas.
Dari sisi ekonomi, tantangan finansial menjadi perhatian utama. Biaya hidup yang tinggi mendorong Gen Z untuk lebih disiplin dalam menabung dan berinvestasi. Sementara Milenial banyak yang mengandalkan penghasilan tambahan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Aplikasi pengelolaan keuangan yang ramah pengguna bisa menjadi solusi yang relevan untuk mendukung gaya hidup finansial mereka yang adaptif dan mandiri.
Seperti yang disampaikan dalam laporan IDN Research Institute melalui idntimes.com, keberagaman cara pandang dan pola perilaku digital antara Milenial dan Gen Z menciptakan tantangan sekaligus peluang besar, baik bagi pelaku bisnis, lembaga pendidikan, hingga pengambil kebijakan.